Home » , , » Anak Kurang Gizi Rugi Dua Kali

Anak Kurang Gizi Rugi Dua Kali

Written By tonitok on Selasa, 15 Januari 2013 | 01.35

MASALAH gizi buruk masih menjadi PR pemerintah di penghujung tahun 2012 ini. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2007, diketahui 1 dari 3 balita Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan tinggi badan atau yang dikenal dengan stunting

"Kalau kita ambil distribusi normal dari WHO, anak-anak kita pada umur 5 bulan sudah kekurangan sekitar 7 cm. Pada umur 17 tahun dia sudah kehilangan hampir 14 cm," kata Prof dr Fasli Jalal, Ph.D, SpGK, Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat dari Universitas Andalas dalam acara Sosialisasi Gerakan Nasional Sadar Gizi di Gedung Smesco, Jakarta, belum lama ini.

Jika digambarkan dalam grafik, tinggi badan rata-rata anak Indonesia sudah berada di bawah rata-rata WHO dan hampir mendekati titik bahaya. Jika dibandingkan dengan rata-rata global, 1 dari 4 anak di dunia mengalami stunting, sedangkan di Indonesia perbandingannya 1 banding 3.

Prof Fasli menjelaskan bahwa tanda-tanda stunting pada bayi sudah dapat dilihat sejak bayi berumur 4 bulan, yaitu apabila grafik pertumbuhannya keluar dari garis normal seperti yang tergambar dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).

Oleh karena itu, pemantauan perkembangan dan gizi bayi sampai usia 2 tahun amat penting untuk mengetahui adanya kelainan dan pada usia berapa terjadinya gangguan tersebut. Gangguan ini sangat berkaitan dengan ASI eksklusif dan makanan pengganti ASI yang belum begitu baik kualitas dan kuantitasnya.

"Bayi stunting itu pertanda bahwa sel-sel otaknya tidak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu adalah refleksi yang paling jelas terlihat dari luar dan sejalan linier dengan kondisi otaknya. Mereka biasanya relatif tidak begitu aktif seperti anak lain sehingga kualitas stimulasi yang diterima dari ibu dan lingkungan tidak sekaya anak-anak yang cukup gizi," papar Prof Fasli.

Menurut Prof Fasli, anak yang gizinya baik biasanya rajin dan selalu menarik perhatian keluarga, guru dan orang-orang sekitar. Akibatnya, kualitas stimulasi atau pengasuhannya juga baik. Penelitian menemukan bahwa stimulasi yang baik ditambah dengan kecukupan gizi dapat membuat perkembangan anak bisa melebihi rata-rata anak normal.

"Jadi anak-anak yang kurang gizi tadi rugi dua kali sebenarnya, karena kualitas gizi yang kurang baik dan stimulasi lingkungan yang kurang," imbuh Prof Fasli yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan ini.

Untungnya, stunting dan kekurangan gizi pada bayi ini masih bisa diperbaiki dengan pemberian gizi yang baik dan stimulasi dari lingkungan. Segala sesuatu yang terjadi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, dimulai dari sejak kehamilan, akan mempengaruhi perkembangan kehidupannya. (dth/yul)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIANSEMARANG - Rupa Rupa - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger