Home » , , » Uang Sakunya, Tanggung Jawabnya

Uang Sakunya, Tanggung Jawabnya

Written By arnoldy septiano on Jumat, 25 Januari 2013 | 09.18

PERNAHKAH  Anda menanyakan shopping list dari uang saku putra-putri tersayang? Mungkin terdengar lucu, wajar atau ada yang tak masuk akal. Yang jelas uang saku adalah pelajaran awal mengelola keuangan. Banyak keluarga dengan penghasilan besar tak bisa menabung dan berinvestasi. Bisa jadi semasa kecil mereka tak belajar mengelola uang jajan. Barangkali ini adalah salah satu alasan Indonesia masih ada diperingkat 43 dari 55 negara dalam hal Financial Literacy and Saving Decision yang ditulis Jappeli dan Padula. Hal ini diungkapkan Prita Ghozi dalam Seminar  Mengajarkan Anak Mengelola Keuangan dan Jiwa Entrepreneur di Titan Center Bintaro.

“Manusia itu makhluk kebiasaan,” ujar Ratih Ibrahim, psikolog anak dalam kesempatan yang sama. Anak bisa rajin dan tidak disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya pola didik dan asuh. Begitu pula urusan uang. Prita mengungkapkan orang yang tidak biasa pegang uang saat kecil, ketika baru bekerja cenderung akan boros menghabiskan gaji. Membimbing anak melek keuangan jadi tanggung jawab Anda lho.

Prinsip Uang Saku

Memberi uang pada anak memang mudah. Namun membuat mereka mengerti cara memperlakukan uang, Anda perlu prinsip yang tegas. “Beri batasan yang jelas untuk apa saja uang saku itu,” ujar Prita yang juga penulis Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya. Jelaskan, uang saku bisa untuk jajan, beli pulsa dan sebagainya. Sebagai orang tua, tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anak tetap ada. Buatlah kesepakatan dengan anak. Misalnya untuk alat tulis, Anda yang akan memenuhinya. Namun saat ia ingin alat tulis tertentu dengan model tertentu yang harganya di luar budget Anda, ia harus membeli dengan uang saku sendiri. Ini sekaligus mengajarkan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Untuk kebutuhan fungsi barang menjadi utama, sedangkan dalam keinginan, banyak faktor lain yang menggoda seperti bentuk, model, hingga merek.

Meski ada batasan, Anda sebaiknya membebaskan anak memilih barang yang ia inginkan. Berbelanja adalah bagian dari pelajaran tentang uang. Biarkan ia berbelanja dengan uangnya sendiri. “Namun jangan lupa melakukan evaluasi soal pengeluaran uang jajan anak,” ujar Prita. Ini mencegah terjadinya hal-hal tak diinginkan pada remaja, misalnya merokok atau membeli barang terlarang.

Berbagi adalah hal yang baik, namun saat uang anak cepat habis karena terlalu sering mentraktir teman-temannya atau selalu mengikuti ajakan teman-temannya, Anda harus waspada. Ratih mengingatkan kemungkinan anak terjebak pola ‘membeli’ teman. Bagaimana nanti jika ia tak punya uang dan tak mentraktir lagi, apa benar teman dia masih akan ada di sisinya? Anak perlu diberi pengertian soal ini.
Pelajaran Sederhana

Apa yang dilihat anak, itulah yang ia tiru dan akan ia ingat sepanjang hidupnya. Mengajar soal uang tidak harus selalu jelimet dengan hitungan angka. Hal-hal sederhana seperti bermain role play jadi pedagang dan pembeli bergantian, atau mengobrol saat melihat iklan di televisi adalah hal kecil yang akan melekat dalam otak anak. Cara lainnya?

1. Diary
“Anda bisa mengajaknya menulis jurnal khusus soal uang. Semacam diary yang menceritakan hari ini membeli apa, di mana, harganya berapa. Ini bisa membiasakan anak menulis catatan pengeluaran kelak,” ujar Prita.

2. Networking
Mental pengusaha juga bisa dicetak dari kecil. Modal penting untuk jadi pengusaha adalah kemampuan networking yang luas. “Ingatkan terus anak untuk berani menyapa tamu yang datang ke rumah,” ujar Ratih. Kebiasaan sederhana seperti menyapa tamu ayah atau ibu kelak bisa membantu anak masuk dalam pergaulan di berbagai usia.

3. Konsekuensi
Ada konsekuensi dalam setiap pilihan yang diambil. Anak pun harus mengenal itu. Misalnya opsi menabung atau menghabiskannya untuk jajan. Saat menghabiskan uang untuk jajan, kepuasan bisa langsung ia dapatkan. Sementara jika ia memilih menabung, ia belajar bahwa untuk mencapai tujuan butuh kesabaran, namun kelak kepuasan lebih akan didapatkan.

4. Mahal vs Murah
Bagi kebanyakan anak, mahal dan murah adalah konsep abstrak. Simpelnya mahal diartikan: orang tua tak punya uang sebanyak itu. Padahal konsep mahal tak sesederhana itu

5. Frekuensi
Makin lama frekuensi pemberian uang saku, makin berat anak ditantang untuk mengaturnya. “Kalau seminggu sekali, anak akan belajar tetap survive hingga akhir pekan. Ia akan mencari cara supaya tetap kaya di hari Minggu. Nah, jika uang saku diberikan sebulan sekali, tentu pelajarannya lebih menantang lagi,” ujar Prita.
Pengaruh Teman
Idealnya, berapa sih uang jajan anak? Jumlah uang saku ideal tergantung dari variabel aktivitas si anak. “Seberapa jauh ia pergi dari rumah, berapa banyak kegiatannya, seperti apa lingkungannya,” ungkap Mike Rini, perencana keuangan  keluarga di kesempatan berbeda.
 Sulit membuat anak berhemat di lingkungan yang cenderung borjuis. “Anak sangat terpengaruh lingkungannya. Kalau mau memaksa anak untuk hemat, usaha Anda harus lebih keras. Buatlah janji bersama orang tua lainnya untuk kompak membatasi uang jajan anak-anak,” saran Mike.
Di usia labil, yaitu saat beranjak remaja, banyak anak terbawa pergaulan. Ingin kompak dan trendi, lalu mengikuti gaya bergaul teman grupnya padahal di luar kemampuannya. Akibatnya, ia bisa terjebak meminjam uang temannya. Hati-hati. Belum tentu ini akibat uang saku yang kurang.
“Berutang itu masalah kebiasaan. Anak itu meniru, lho. Segera koreksi diri, jangan-jangan ada kebiasaan Anda atau lingkungan yang ia tiru,” ujar Mike. Untuk mencegahnya, Anda  bisa menanamkan nilai gaya hidup sederhana saat jalan-jalan di mal. Ajak anak window shopping, bandingkan manfaat tiap barang juga tiap merek. Untuk kualitas yang tinggi, ada perjuangan (harga) yang harus dilakukan. Jika perjuangan terlalu sulit, ada jalan tengah yang bisa dilakukan daripada berutang, misalnya berburu barang sale. (vem/yul)
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIANSEMARANG - Rupa Rupa - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger